Translate

Jumat, 05 Agustus 2016

RESISTENSI ANTIBIOTIK MENJADI ANCAMAN PENGOBATAN INFEKSI DI ABAD 21

Antibiotik merupakan suatu zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berasal dari sintesis metabolit sekunder fungi atau bakteri (Radji 2011 dalam bukunya Mikrobiologi panduan mahasiswa kedokteran dan farmasi).

Resistensi antibiotik merupakan ketidak mampuan antibiotik dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme targetnya. Sehingga akan menyebabkan kegagalan dalam pengobatan menggunakan antibiotik.

CNN Indonesia pada bulan januari tahun 2015 menuliskan pada laman info kesehatan berjudul “Puluhan Ribu Orang Mati Akibat Resistensi Antibiotik” menuliskan sebanyak 2 juta orang telah terinfeksi bakteri yang menyebabkan resistensi terhadap antibiotik tiap tahunnya dan 23 ribu orang diantaranya meninggal dunia. Data ini diperoleh CNN dari Centers for Disease Control and Prevention.

Resistensi antibiotik sudah menjadi fokus WHO dalam pengobatan terhadap penyakit infeksi dari tahun 2011 pada saat hari kesehatan dunia dan juga menjadi fokus kementrian kesehatan pada saat itu (WHO & Kementrian Kesehatan).
Lebih dari 60 tahun penggunaan obat antibakteri/antibiotik digunakan dalam pengobatan infeksi di dunia, semenjak Alexander Flaming menemukan penicillin. kemudian banyak antibakteri yang ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan infeksi hingga sekarang.

Penemuan, penelitian, dan pengembangan antibiotika menjadi suatu obat sebagai terapi infeksi telah berlangsung dari tahun 1920 an hingga sekarang data penelitian dimuat dalam berbagai jurnal salah satunya tercantum dalam American Society of Microbiology Journals tahun 2011
Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol telah menyebabkan banyak kasus resistensi antibiotik.

Dalam GLOBAL REPORT WHO TAHUN 2014 tentang Antimicrobial Resistance terdapat 9 bakteri selektif yang telah diuji coba keresistenannya terhadap antibiotik dengan pengujian pada lebih dari 30 isolat bakteri
Diantaranya:
>> Escherischia coli 85% resisten terhadap generasi ketiga sefalosforin
>> Escherischia coli 90% resisten terhadap fluoroquinolon
>> Klebsieala Pneumoniae 88% resisten terhadap carbapenen
>> Staphilococcus aureus 86% resisten terhadap meticilin

Hasil studi WHO pada tahun 2011 yang dilakukan di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan lebih dari 70% pasien diresepkan antibiotik, 90% pasien mendapatkan suntikan antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan.
Studi pendahuluan di New Delhi tentang persepsi tentang penggunaan antibiotik menunjukkan 25% responden menghentikan penggunaan antibiotik ketika mereka merasa mulai membaik, 47% responden akan mengganti dokter jika dokter tersebut tidak meresepkan antibiotik dan 18% responen menyimpan antibiotik dan akan digunakan kembali sendiri atau untuk keluarganya.

Studi pada persepsi dokter dalam penggunaan antibiotik menunjukkan 16% dokter meresepkan antibiotik pada pasien demam yang tidak spesifik, 17% dokter merasa pasien dengan batuk perlu antibiotik, 18% dokter merekomendasikan antibiotik untuk diare.

Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol seperti halnya:
>> Tidak tepatnya pemberian antibiotik pada pada pasien oleh tenaga kesehatan, seperti kasus yang paling sering dijumpai pemberian amoxicillin atau golongan penisilin atau antibiotik lain pada pasien flu tanpa radang tenggorokan.
>> Cara penggunaan antibiotik yang salah oleh pasien. Tidak menggunakan antibiotik sesuai aturan pakai dan tidak dihabiskan.
>> Dan cara pembuangan sampah antibiotik sembarangan

Menjadi faktor penyebab timbulnya resistensi antibiotik atau tidak berefeknya antibiotik dalam pengobatan penyakit infeksi.

Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi berbagai kalangan
>> bagi para peneliti untuk menemukan turunan antibiotik yang baru yang lebih efektif terhadap bakteri atau mikroorganisme yang telah resisten
>> bagi tenaga kesehatan untuk memperhatikan pemberian dan penggunaan antibiotik pada pasien serta memberikan edukasi penggunaan antibiotik yang tepat.


Kutipan Isi Naskah Orasi Ilmiah
Judul: RESISTENSI ANTIBIOTIK MENJADI ANCAMAN PENGOBATAN INFEKSI DI ABAD 21
Writer: Suci Rahmawati, S.Farm, Apt.
Orator: Suci Rahmawati, S.Farm, Apt.
Orasi disampaikan pada acara Wisuda Politeknik Kesehatan Provinsi Bengkulu di Ballroom Grage Horizon Hotel Bengkulu, pada tanggal 19 Agustus 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar